Gambaran Pola Sebaran Kejadian Stunting Berdasarkan Data Skunder Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul Tahun 2023

Latar Belakang : Stunting pada balita adalah masalah kesehatan serius yang mempengaruhi pertumbuhan fisik, risiko penyakit, dan kecerdasan anak. Pada tahun 2022, prevalensi Stunting global mencapai 22,3%, sementara di Indonesia mencapai 21,6%, melebihi batas WHO. Di Provinsi DIY, Kabuaten Gunung Kidul mencatat angka Stunting tertinggi sebesar 15,42%. Meskipun upaya pencegahan telah dilakukan, kasus Stunting di kabupaten ini tetap tinggi. Untuk memetakan kejadian Stunting, Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat digunakan untuk mengelola dan menganalisis data geografis, membantu penanganan masalah kesehatan.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pola sebaran kejadian Stunting di Kabuaten Gunung Kidul pada tahun 2023 berdasarkan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kabuaten Gunung Kidul.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan memanfaatkan analisis spasial memanfaatkan sistem informasi geografis untuk memetakan sebran kasus Stunting.
Hasil Penelitian : Stunting di Kabuaten Gunung Kidul tahun 2023 menunjukkan bahwa wilayah dengan kasus Stunting tinggi terkonsentrasi di kecamatan seperti Gedangsari dan Wonosari, sementara wilayah pesisir umumnya memiliki angka yang lebih rendah. Distribusi fasilitas kesehatan belum merata, dengan sebagian besar fasyankes terkonsentrasi di Kota Wonosari. Selain itu, hubungan antara Stunting dengan CTPS, BBLR, IDL, dan ASI eksklusif bervariasi. Wilayah dengan cakupan ASI eksklusif dan IDL tinggi tidak selalu menunjukkan rendahnya angka Stunting. Sebaliknya, kondisi geografis dan akses terhadap fasilitas kesehatan mungkin menjadi faktor utama dalam variasi angka Stunting di daerah tersebut.
Kesimpulan : Peta sebaran Stunting di Kabuaten Gunung Kidul tahun 2023 menunjukkan bahwa tingginya prevalensi Stunting dipengaruhi oleh faktor sanitasi, distribusi fasilitas kesehatan, cakupan imunisasi, Kasus BBLR, dan cakupan ASI
eksklusif, dengan variasi yang signifikan antar kecamatan.