Hubungan Faktor Resiko Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-60 Bulan Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Gunungwungkal Kabupaten Pati

Latar Belakang: Balita pendek (stunting) dapat diketahui apabila telah dilakukan pengukuran tinggi badan atau panjang badan balita, maka balita dapat tergolong pendek (stunting) jika nilai z-scorenya <-2SD sampai <-3SD. Balita yang mengalami stunting memerlukan perhatian ekstra karena dapat menghambat perkembangan fisik dan mentalnya. Selain peningkatan risiko kesakitan dan kematian, stunting membawa risiko penurunan kapasitas intelektual, penurunan produktivitas, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif. dapat mengakibatkan kerugian finansial jangka panjang bagi Indonesia.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan faktor resiko dengan kejadian stunting pada balita usia 24-60 bulan.
Metode Penelitian: Merupakan jenis penelitian analitik observasional, dengan desain penelitian retrospektif. Sampel penelitian ini adalah balita stunting usia 24-60 bulan yang berada di posyandu wilayah kerja Puskesmas Gunungwungkal
sebanyak 53 balita yang diambil dengan teknik Simple Random. Analisis univariat mengunakan distribusi frekuensi, sedangkan analisis bivariat menggunakan uji statistic chi square.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 4 variabel memilili p Value < 0,05 yaitu ada hubungan yang bermakna dengan fakto0r resiko kejadian stunting diantaranya Asi Eksklusif dengan p value (0,002), faktor genetik (0,012), faktor ekonomi (0,010), riwayat anemia (0,007), sedangkan 2 variabel memiliki p value >0,05 yaitu BBLR (0,420) dan jarak kehamilan (0,649).
Kesimpulan: Terdapat hubungan faktor resiko antara lain riwayat Asi eksklusif, Faktor genetik, faktor ekonomi riwayat, anemia kehamilan terhadap kejadian stunting pada balita usia 24-60 bulan yang berada di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Gunungwungkal