KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PEDIATRIK DENGAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA

Latar Belakang: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit
yang sering terjadi pada pediatrik. Berdasarkan Riskesdas pada tahun 2013
menyatakan bahwa period prevalence ISPA di Indonesia adalah 25,0%,
prevalensi di provinsi DI Yogyakarta 23,3%. Pasien pediatrik yang terdiagnosis
ISPA mendapatkan sedikitnya tiga item obat (polifarmasi) dalam satu resep yang
terdiri atas terapi antibiotik dan terapi simptomatis. Penggunaan obat yang tidak
perlu atau berlebih dapat berpotensi menimbulkan interaksi obat yang
mengakibatkan ketidaktercapainya efek terapi yang diinginkan.
Tujuan Penelitian: Mengevaluasi interaksi obat pada pasien pediatrik dengan
infeksi saluran pernapasan akut di RS PKU Muhammadiyah Gamping
Yogyakarta.
Metode penelitian: non eksperimental dengan pendekatan retrospektif pada
lembar rekam medik pada periode Januari – Desember 2020 di Instalasi Rawat
Inap RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta. Teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling dan didapatkan jumlah sampel
sebanyak 96 pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi.
Hasil penelitian: menemukan bahwa dari 96 pasien yang paling banyak terkena
ISPA adalah pasien dengan jenis kelamin laki-laki (59,38%) dan mayoritas
berusia 0-5 tahun (86,46%). Penggunaan obat ISPA didominasi oleh penggunaan
salbutamol sebanyak 80 (20,3%), parasetamol sebanyak 68 (17,3%), dan
ampisilin sebanyak 44 (11,1%). Kejadian interaksi obat yang paling banyak
terjadi yaitu interaksi minor sebanyak 71,2%. Tidak ada hubungan antara interaksi
obat dengan outcome klinis karena nilai p > 0,05 yaitu 0,601.
Kesimpulan: Terapi penggunaan obat ISPA yang paling banyak digunakan
adalah jenis obat salbutamol, parasetamol, dan ampisilin. Potensi interaksi obat
berdasarkan tingkat keparahan paling banyak yaitu minor dan tidak ada hubungan
antara interaksi obat dengan outcome klinis.