Hubungan Konformitas Dengan Kesehatan Mental Pada Remaja Broken Home

Remaja broken home adalah remaja yang orang tuanya bercerai atau tidak lagi tinggal bersama. Remaja rentan mengalami stres, depresi, dan kecemasan karena perubahan dalam keluarga, seperti kurangnya perhatian orang tua dan rasa
kehilangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan kesehatan mental pada remaja broken home. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional dengan alat pengumpulan data berupa skala konformitas yang dimodifikasi didasarkan pada teori Sears, Freedman, dan Peplau 1985, sedangkan skala kesehatan mental menggunakan alat ukur yang dikonstruksi dari teori Latipun 2019. Partisipan dalam penelitian ini yaitu remaja broken home dari keluarga yang bercerai berjumlah 200 partisipan. Hasil analisis data dengan teknik korelasi spearman rank dengan nilai sebesar 0,661 pada konformitas dengan dimensi biologis, kemudian konformitas dengan psikologis mendapatkan nilai sebesar 0,430, selanjutnya konformitas dengan sosial budaya mendapatkan nilai sebesar 0,001 dan konformitas dengan lingkungan mendapatkan nilai sebesar 0,716. Hal ini menunjukkan bahwa konformitas dengan biologis, psikologis dan lingkungan tidak terdapat hubungan dan terdapat hubungan konformitas dengan sosial budaya pada remaja broken home. Hasil ini menyatakan
ketika remaja terpaksa mengikuti norma kelompok yang merugikan, hal ini bisa memicu stres, kecemasan, dan depresi, yang berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik. Konformitas negatif dalam pencarian identitas diri dapat menyebabkan kegagalan dan perilaku yang tidak diterima oleh masyarakat namun remaja yang bergabung dalam kelompok sosial untuk belajar dan berinteraksi sesuai dengan norma teman sebaya merasa didukung oleh lingkungan pertemanan mereka.